Monday, January 11, 2016

Saya dan Tompel

#NowPlaying Buaian - Danilla Riyadi

Seorang anak berbaju seragam TK tertawa ketika melihat saya yang kala itu sedang mengantri di toilet mall. Ia tertawa sambil berseru, "Tompel! Tompel! Hahaha". Saya ikut tertawa. Sepertinya ibunya sedang ada di dalam. Dua orang gadis cantik memandang saya iba, dia kira ada hati yang terluka mendengarnya. Tidak, tidak sama sekali, anak itu masih kecil dan setidaknya saya bisa membuatnya tertawa.

"Salep yang Ibu kasih kemarin rutin dipakai kan? Gimana? Sudah pudar tompelnya?", suara Ibu di telepon membuyarkan lamunan saya. "Ibu lihat sendiri aja ya, bulan depan Nia pulang." "Tapi dipakai kan? Ingat umurmu sudah 27, mbok lebih peduli sama penampilan. Sekali-kali ndak apalah tabunganmu disisihkan sedikit buat ke dokter. Pelit banget sih anak Ibu yang manis ini. Ndak kasihan kamu lihat Ibu ndak sabar kepingin cepet-cepat gendong cucu?" "Iya nanti kalau Nia sempat ya, Bu" "Yo wis, jangan lupa dipakai yang rajin salep dari Ibu, ya nduk?" "Nggih, Bu" Lagi-lagi saya berbohong, saya tidak suka pakai salep. Gatal.

Pria bermotor vespa biru menjemput saya di depan kantor. "Maaf menunggu lama, tadi ada urusan sebentar", ujar saya dengan senyum kikuk. "Oh iya, nggak apa-apa kok... (ada jeda sekitar 7 detik) Yuk naik", katanya. Dalam jedanya anak teman Ibu itu memerhatikan lamat-lamat pipi saya. Ah, Ibu pasti mengirim foto buram saya ke temannya agar anaknya itu mau dijodohkan. Dasar Ibu!

***

Setiap waktu saya bercermin, tompel suka melihat saya sambil tersenyum. Tapi entah karena angin apa, kali ini ia membisikkan sesuatu. Ia bilang, "Saya sengaja nempel di pipi kamu, biar kamu nggak kesepian, biar kamu bisa bermain sama saya," begitu katanya. "Ah kamu bisa aja!", saya bilang.

Terima kasih ya tompel, kamu memang ajaib, saya memang jadi tidak kesepian sekarang, karena setiap melihatmu saya selalu ingin tersenyum. Saya jadi ingat seseorang yang ingin selalu saya ingat.

Delapan tahun berlalu. Saat itu hujan deras. Karena kaget melihat kucing tiba-tiba berlari menyebrang, sepeda motor yang saya bawa tergelincir masuk sawah dan saya terlempar agak jauh. Lima belas menit, dua puluh lima menit, tidak ada orang di sana hingga mobil pria itu lewat. Pria misterius itu turun dari mobilnya dan dengan begitu cekatan menggendong saya yang ketika itu tergeletak di pinggir jalan dengan tubuh dan wajah terluka agak parah karena terseret aspal yang semakin terlihat parah karena basah kuyup.

Ia menyelimuti tubuh menggigil saya dengan jaket yang saat itu dipakainya. Dilihat dari jaketnya tampak ia seorang pecinta alam, terlihat samar-samar dari mata saya yang hanya bisa dibuka sedikit. Tampaknya mata saya kemasukan kerikil kecil-kecil. Dia bilang, "Kamu yang kuat ya, sebentar lagi lukamu bakal diobatin kok". Dia membawa mobilnya dengan kebut untuk membawa saya ke rumah sakit terdekat. Di rumah sakit dia menelepon keluarga saya (menggunakan telepon genggam saya yang untungnya selamat) ketika saya kritis. Dia terlihat peduli dan itu menenangkan. Saya hanya bisa mengingat sorot matanya yang tajam ketika mengecek keadaan saya yang terbaring di jok belakang dan bahu bidangnya ketika mengangkat tubuh saya yang penuh luka itu dengat sangat hati-hati namun terasa mantap. Meski dalam ingatan saya visualisasinya seperti diberi efek blur, terlalu samar.

Setelah saya siuman, dia hilang. Saya tidak tahu namanya. Apalagi nomor teleponnya. Wajahnya... ah hanya sorot mata itu yang saya ingat. Padahal ingin sekali rasanya mengucapkan berjuta terima kasih.

Selang satu tahun setelahnya, saya melanjutkan sekolah di negeri seberang dan kembali empat tahun kemudian. Saya benar-benar kehilangan jejaknya. Mungkin dia sudah pindah ke luar kota. Mungkin dia sudah menikah. Biarlah itu menjadi urusannya. Biarlah rasa hangat yang mengalir di dada tiap saya mengingatnya ini juga menjadi urusan saya saja.

Toh rasa rindu ini sedikit banyak selalu bisa terobati seiring ingatan yang terlintas bersama bekas luka di pipi yang sudah akrab saya dan mereka panggil tompel ini.

Oh ya tompel, ngomong-ngomong kamu masih ingat wajah pria itu tidak?

2 comments:

  1. kok gue kayanya paham ini buat siapa HAHAHAHA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini Diandra bukaaan??? Ini fiksi sumpah haha tapi baru sadar setelah disambung-sambungin sama ciri-ciri mas-alalu mirip juga ya hahaha. Lha kok gue baru ngeh :))))

      Delete