Tuesday, September 30, 2025

Woi Penonton!

Gambar di atas diambil dari sini

Tidak semua cerita ingin dibagikan.
Tidak semua kabar kurang baik mudah diceritakan.
Kadang ada hal-hal yang lebih tenang bila disimpan saja,
dirawat dalam hati, dipeluk dalam diam.

Hari ini, cerita itu tanpa sengaja sampai pada seseorang.

Padahal kami sedang mencoba merasa baik-baik saja.
Belajar berdiri di atas pijakan yang rapuh,
membangun kekuatan dari pengalaman lampau yang mengajarkan banyak hal.
Kami sedang sibuk merangkai hikmah,
mencari makna dari segala kejutan yang datang tiba-tiba.
Kami sedang menyicil solusi,
meski kepala seringkali berdenyut mengingatkan batas diri.
Kami berusaha berdamai dengan keadaan,
menemukan tenang di tengah riuh.

Namun sebuah pertanyaan datang, memakda kami membuka pintu yang sebetulnya ingin kami tutup rapat.
Dan sesuai ekspektasi, tanggapan yang muncul pun bukan yang kami butuhkan.
Bukan kata yang menenangkan,
melainkan kalimat yang menyesakkan dada.

Aku merasa disalahkan.
Seolah aku penyebab kesulitan orang yang paling kusayangi.
Seolah langkah-langkah yang kami ambil hanya kesalahan,
tanpa ruang untuk dipahami alasannya.

Kata demi kata terus mengalir,
dengan nada prihatin bercampur kecewa, sesekali muncul kepanikan.

Hidup kami (yang sebenarnya masih baik-baik saja) jauh dari kehidupan ideal menurut versinya, membuatnya gusar.
Dan perlahan, benang kusut yang sedang kami luruskan kembali ruwet, kembali sulit disentuh dengan sabar.

Andai penonton tahu caranya diam.
Andai penonton paham,
bahwa tak semua cerita butuh ulasan,
bahwa tak semua pertunjukan butuh komentar.

Terlebih, tiket untuk duduk di kursi itu pun tak pernah ia beli.

Wednesday, February 5, 2025

Perihal Nonton Konser

Pic source: here

I used to love attending music concerts...

Sampai tiap kali berdesak-desakan di tengah lautan manusia, kepala auto pusing, badan rasanya rontok semua, telinga mendadak budeg, dan hidung harus rela menahan napas karena bau keringat bercampur jadi satu.

Sampai akhirnya menyesal keluar uang lumayan, cuma karena FOMO. Bisa sing along dua lagu, tapi sisanya? Nggak ngefans-ngefans amat, kursi penonton kejauhan alias penyanyinya cuma kelihatan sebesar ibu jari, capek nunggu, dan perjalanan pulang terasa lebih panjang dari biasanya.

Sampai suatu hari, seorang teman tanya sepulang menonton konser penyanyi idola saya, "Mending mana, dengerin langsung atau pakai headset pas lagi sendirian di tempat sepi?" dan buat saya merenung.

Sampai sadar... menikmati lagu di mobil sewaktu hujan, sambil jalan kaki keliling kompleks, di bawah shower, atau menjelang tidur dengan mata terpejam, itu jauh lebih bermakna bagi saya yang sudah mulai jompo dan dari kelas menengah in this economy.

Kecuali, nonton konsernya sambil duduk, posisi kursinya strategis, artist-nya saya ngefans banget, lagu-lagunya saya kenal dengan baik semua, track record promotornya oke, harga tiketnya cocok dengan kondisi dompet saya, dan ada yang bersedia dititipin anak sebentar, gas ngeng! 🏃‍♀️💨


Catatan kaki: Post ini ditujukan untuk saya sendiri sebagai bentuk self-reminder yang wajib dibaca di kala rindu nonton konser melanda.