Pic source: here
Aloha!
Saya punya sebuah rahasia yang akhirnya saya putuskan untuk membeberkannya. Rahasianya adalah: saya punya tanggal keramat. Tempo hari ketika saya bercerita tentang hal itu kepada teman-teman terdekat, beberapa merespon dengan tertawa terbahak-bahak dan ada juga yang mengingatkan saya untuk tidak percaya takhayul.
Bukan, bukan takhayul. Mungkin frase yang saya gunakan ambigu, alangkah lebih earcatching jika disebut tanggal spesial daripada tanggal keramat. Hehe. Saya yang tidak percaya kata 'kebetulan' ini memang suka sekali mengait-ngaitkan kejadian dan menyambungkannya meski acapkali ngawur. Kan don't forget to connect the dots, kata mendiang Steve Jobs.
- 22 Mei 2007: Pertama kali punya pacar. Dan setelah itu saya belum pernah berpacaran lagi hingga sekarang. Karena baru merasakan pacaran satu kali, jadi tidak sulit untuk mengingat sebuah tanggal. Haha.
- 22 Mei 2012: Pertama kali wisuda diploma. Meskipun tahun ini saya berencana wisuda sarjana tapi tetap saja yang pertama terasa meluap-luap rasa senangnya.
- 22 Mei 2014: Pertama kali merasakan keasyikan kota apel besar. Jamuan makan malam di restoran hotel berbintang mulai dari appetizer, main course hingga dessert, lalu diberi penghargaan hingga kesempatan berdiri di depan podium. What's not to love? hehehe. Rasanya seperti mimpi. Seperti sedang syuting film.
Hingga akhirnya sehari sebelum tanggal 22 Mei kemarin, saya brainstorm ide bersama teman-teman tentang apa yang bisa saya lakukan untuk memperingati hari favorit saya. Hal-hal menyenangkan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Terinspirasi dari website 100 days without fear, saya mengemukakan rencana berkaraoke seorang diri di tempat karaoke hingga berjalan kaki mengelilingi Malioboro dengan tujuan terakhir membeli es krim blueberry oreo favorit saya di depan Taman Budaya Jogja. Semua teman yang saya ceritakan lantas berkata sambil tertawa, "Itu harus sendirian banget, Git?". Saya ikut tertawa. Saya tidak pernah merasa bermasalah dengan berpergian sendiri. Dari memilih makan di tempat sendirian daripada dibawa pulang ketika saya sedang malas pulang cepat, hingga menonton film di bioskop sendiri, menurut saya sama menyenangkannya dengan melakukannya bersama teman. Ya, selama lingkungannya nyaman dan aman. Dengan keyakinan itu, saya merasa tidak perlu merepotkan teman-teman saya yang tentunya sudah memiliki kesibukan sendiri dengan permintaan untuk menemani memperingati perayaan hari ngawur saya.
Pagi itu saya memulai hari dengan perasaan riang dengan sugesti hari itu adalah hari spesial saya. Hari spesial buatan saya sendiri lebih tepatnya. Ulang tahun saya masih lama. Boro-boro anniversary.
Meski semua rencana 'asyik sendiri' saya pada akhirnya gagal karena beberapa hal seperti dosen pembimbing saya yang mengundurkan jadwal bimbingan, mengikuti ajakan seorang teman untuk mengikuti english speaking club gratis, hingga teman-teman yang tahu rencana berjalan-jalan sendiri saya (yang sesungguhnya seringkali saya lakukan) tidak tega sehingga mengajak saya berjalan-jalan pada malam harinya. Mereka bilang ingin ikut merayakan hari bahagia saya. Finally I can't deny it anymore, the more the merrier dan hidup tidak melulu harus terstruktur sesuai dengan rencana yang saya buat. :')
Entah mengapa euforia tanggal spesial pada hari itu membuat saya menjadi mudah untuk mensyukuri hal-hal kecil. Ketika diberi bimbingan oleh dosen pembimbing yang sangat perhatian, melakukan hal-hal baru yang membuat saya melupakan kepenatan skripsi sejenak, bertemu teman-teman baru yang murah senyum, melakukan aktivitas baru yang surprisingly menyenangkan, menyicip makanan lezat di tempat makan baru yang sedang hits di instagram kuliner Jogja, keramahtamahan orang-orang asing yang menyejukkan hati, lantunan lagu penyanyi favorit saya yang diputar sealbum di tempat saya makan yang seolah-olah sengaja dipersembahkan untuk saya, ketulusan dan kebaikan hati teman-teman yang saya sayangi, hiasan kucing tiga dimensi di atas cangkir kopi yang sangat menggemaskan, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Entah mengapa saya merasa sangat bahagia. Saya benar-benar merasa semua ditujukan untuk saya. Saya merasa semesta mendukung saya untuk menikmati hari itu dengan penuh kebahagiaan karena memang itu hari keberuntungan saya. Saya tidak berhenti tersenyum hingga menjelang tidur di malam hari setelah membereskan kamar yang kembali membuat saya bersyukur memiliki kamar kos yang rapi dan sangat nyaman sekali. Meski sesungguhnya, hari-hari seperti itu sudah biasa saya lewati.
Sugesti.
Satu hal yang kemudian menjadi pelajaran bagi saya setelah tanggal 22 Mei tahun ini:
What if everyday is my special day? Tidak mesti jadian dengan orang yang sudah ditaksir sejak lama, merayakan wisuda dengan keluarga yang jarang berkunjung ke tanah perantauan, maupun menginjakkan kaki di luar negeri yang menjadi cita-cita sejak kecil terlebih dahulu untuk membuat hari saya spesial. Apapun yang terjadi pada hidup saya, saya akan tetap menjadi manusia gembira. Selalu bersyukur tentang hal-hal baik meski sekecil apapun. Tidak terlalu menghiraukan apalagi mengeluhkan hal-hal perusak mood yang sesungguhnya tidak penting. Benar kata mereka, bahagia itu sederhana. Sesederhana kita menikmati hal-hal baik dalam hidup, selalu bersyukur, lalu merayakannya dengan senyum dan tawa yang banyak.
Mau merayakan kebahagiaan atau berlarut-larut dalam kegalauan, bukankah itu kita sendiri yang menentukan?
No comments:
Post a Comment