Wednesday, December 18, 2024

Sharing: Bayi Tidur di Kamarnya Sendiri

Halo para para pembaca yang budiman! (nada bacanya sambil impersonate mas wapres, ya! lol)

Sebuah kebahagiaan bagi saya, di usia 1 tahun 3 bulan, Hara berhasil tidur di kamarnya sendiri sejak malam hingga pagi, tanpa ditemani. Mungkin bagi beberapa orang tua itu hal biasa, tapi bagi saya, hal tersebut merupakan one of my life-changing moments yang membuat motherhood era saya terasa lebih ringan. Selain kualitas, kuantitas ga kalah penting bagi saya dan suami yang terbiasa tidur 8 jam sehari. 

Sejujurnya, kami sendiri nggak terlalu paham metode-metode sleep training yang ada, hanya dengar beberapa kali disebut sekilas di podcast parenting yang kami tonton. Jadi, semua yang kami lakukan ini adalah dari hasil wawasan terbatas, pengamatan, pemikiran, dan eksperimen yang menyesuaikan kebutuhan anak kami.

Awal mula sense of urgency itu muncul adalah ketika kami menyadari selama co-sleeping, selain kami, kualitas tidur Hara kurang sekali. Hal-hal kecil seperti ketika ayahnya batuk atau ibunya bergerak karena perlu ke toilet, nggak jarang membuat Hara jadi terbangun dan menangis yang hanya bisa dihentikan dengan disusui (alias nen) untuk bisa tidur kembali. Belum lagi, pengeluaran extra untuk biaya panggil ibu urut karena saya bolak-balik encok dan sakit leher. Somehow, tidur di kamar terpisah jadi win win solution bagi kami bertiga.

Apakah mudah? Nggak susah, tapi nggak semudah itu juga. Ya intermediate, lah. Dari beberapa trials errors selama kurang lebih seminggu, ada beberapa iterasi dengan berbagai adjustment yang kami lakukan sehingga Hara bisa mandiri tidur nyenyak sampai pagi tanpa menangis atau mencari ayah ibunya. Kita langsung lompat ke hasil iterasi terakhir aja ya, semoga bisa membantu teman-teman yang mungkin sedang mengalami masalah serupa. 

Hara sudah tidur sendiri kurang lebih 8 bulan terakhir setelah kami rutin menerapkan hal-hal berikut:

Pengkodisian anak sebelum tidur

  • Mandi air hangat sebelum bersiap-siap tidur. Terinspirasi dari vlog orang Jepang yang saya tonton, di sana orang-orang terbiasa mandi malam sebelum tidur. Selain otot menjadi lebih relaks, bonus good hygiene pula. Setelahnya, Hara skip mandi pagi dan baru mandi lagi siang setelah makan atau main sampai bau kecut.
  • Wajib hukumnya perut kenyang sebelum tidur. Kami usahakan Hara puasa 2 jam sebelum jam makan malam agar merasa lapar, lalu diberikan menu yang most likely dia suka. Untuk mencoba makanan baru yang belum tentu dia sukai, kami usahakan di waktu makan lainnya untuk menghindari hal-hal belum pasti yang berpotensi mengganggu ritual tidurnya.

Persiapan kamar tidur anak

  • Tweak kamar tidur menjadi lebih baby/toddler-friendly. Kamar yang kami pilih adalah kamar yang posisinya di belakang, sehingga suara adzan shubuh dari speaker masjid tidak terlalu terdengar kencang, dibandingkan dengan kamar lainnya. Selain itu, kami juga tidak menggunakan dipan untuk mengurangi risiko terjatuh, memasang bed rails, dan menyingkirkan dari jangkauan anak barang-barang yang sekiranya bisa membahayakannya.
  • Letakkan botol minum anti tumpah (yang ada pemberat di sedotannya) dalam keadaan terbuka di posisi yang sama dan mudah dijangkau tiap malam. Jadi, anak nggak perlu cari-cari lagi dan tinggal minum aja tiap kali terbangun karena haus.
  • Pasang CCTV biar hati tenang. Terlepas dari si anak mengerti atau enggak, saya mencoba menjelaskan kalau ayah ibunya bisa memantaunya dari sana, sambil saya demokan juga cara kerjanya dan kasih lihat aplikasinya. Beri tahu juga, jika membutuhkan bantuan, ayah ibu bisa mendengar dan langsung datang dari kamar seberang. Btw, saya kasih batas waktu 5 menit tiap Hara menangis. Saya hanya akan datang ke kamarnya jika dia menangis lebih dari 5 menit. Most of the time, kalau pun sampai menangis, durasinya kurang dari 5 menit dan ia balik tidur sendiri setelahnya.
  • Letakkan beberapa boneka kesayangan di dekatnya agar anak ga kesepian. Hara beberapa kali terlihat memeluk boneka ketika terbangun di tengah malam, minum, lalu lanjut tidur lagi.
  • Pasang AC reflector dan set suhunya agar tidak terlalu dingin, yang penting cukup bikin anaknya nggak kepanasan. Sempat coba pakai sleepsack seperti saat co-sleeping dengan saya, tapi dari hasil pengamatan CCTV, anaknya malah jadi nggak leluasa bergerak dan menangis karena kesulitan ketika butuh berpindah tanpa bantuan.
  • [nice to have] Letakkan air purifier di dekat tempat tidurnya untuk jadi white noise. Cukup membantu ketika adzan shubuh, sekalian membersihkan udara (hi my fellow Jabodetabekers!) yang penuh polusi ini.

Sekian pengalaman anak saya. Disclaimer, Hara untuk bisa mulai tidur masih perlu nen, tetapi so far belum ada masalah karena saya stay-at-home mom (open to freelance work yaa, kak 🙏) yang mungkin nanti baru jadi challenge baru ketika dia sudah mulai perlu disapih. Kalau kamu punya tips untuk menyapih anak, berkabar yes! Untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, kami juga masih ikhtiar agar Hara bisa konsisten tidur jam 8 tiap malamnya yang kadang masih suka kegeser-geser sedikit.

Semoga ada yang terbantu dengan membaca tulisan ini. Jangan lupa kalau anak itu kecerdasannya beda-beda, pun PR kami masih banyak sekali. Ada anak yang cakap di sosial kemandirian, ada pula yang cakapnya di kemampuan bahasa, motorik kasar, dan lain sebagainya. Hal-hal di atas yang works di Hara, belum tentu juga works di anak lain. Jadi, feel free to adjust in your own way dan selamat mencoba :)

3 comments:

  1. terima kasih sharingnya mba gita, happy to read this. Kalau berkenan, mau dishare tempat minum anti tumpahnya boleh kaaah?

    ReplyDelete
  2. haloo Fitri, makasih juga yaa udah mampir! ❤️
    anak aku pakai Coconi Tritan Bottle 270ml. di rumah sampai ada 3 botol saking cintanya 🥲

    ReplyDelete